Rabu, 13 Mei 2009

saat maut menjemput


Senin (23/2), dua tragedi maut terjadi dua daerah berbeda. Yang pertama di Kota Serang, Bantan, dan yang kedua Kediri, Jawa Timur. Tragedi di Banten terjadi pukul 14.15 WIB yang menewaskan satu pelajar SMPN 1 Curug dan mencederai satu siswa lagi. Korban meninggal adalah Suci Fadilah (14) dan korban luka adalah Siti Hindun (15). Korban tewas saat berboncengan (menggunakan Honda Vario) dengan Siti Hindun mau memfotocopi tugas dari sekolah mereka di depan Gedung DPRD BAnten di Jalan Syeikh Nawawi, Curug, Kota Serang. Saat di tengah perjalanan itu, tiba-tiba bus Asli Prima dari belakang menabrak kendaraan yang ditumpangi korban hingga terseret puluhan meter dari jalan raya. Korban tewas di lokasi kejadian sementara Siti Hindun saat dibawa ke rumah sakit umum daerah Serang dalam keadaan kritis. Massa yang kesal, membakar bus Arimbi. Beruntung para penumpangnya sudah keluar duluan sebelum terpanggang di bara api. Sementara tragedi kedua terjadi di Kediri, Jawa Timur. Kereta api menabrak kendaraan sarat penumpang dan menewaskan tujuh korban tewas, yang kesemuanya adalah penumpang bus. Sungguh tragis memang maut di Senin siang itu. Tapi itulah kejadiannya yang seharusnya membuat kesadaran baru kita tentang keselamatan berkendaraan di jalanan. — Maut, rezeki, jodoh, memang rahasia Allah SWT, yang maha perkasa. Sebagai manusia kita hanya menjalani hidup di muka bumi dengan pasrah (Islam). Namun demikian, pasrah bukan berarti kita tidak bisa berikhtiar. Pasrah dalam pandangan Islam adalah kepasrahan yang tetap rasional dan butuh kerja keras serta perjuangan. Dalam konteks itulah sebenarnya, sekalipun maut dapat kita hindari meski tetap kuasanya ada di tangan Allah. Salah satu ikhtiar untuk menghindari maut, misalnya, saat berkendaraan di jalanan kita harus menaati rambu lalu lintas dan mengenakan helm keselamatan (bagi pengendara motor). Menjaga keselamatan diri dan keluarga juga salah satu spirit Islam. Kita tidak boleh memasrahkan diri dengan tidak melakukan apa-apa. Sekali lagi, jaga keselamatan diri dengan berbagai upaya yang memungkinkan kita terhindar dari kejadian maut yang berakibat fata. Korban tewas Suci Fadilah (14) dan korban luka Siti Hindun, kecelakaan maut di Serang, saat mengendarai motor memang tidak menggunakan helm dan jaket tebal. Padahal, bila keduanya memakai helm, jaket pengaman, mungkin ceritanya akan berbeda dengan saat kejadian itu. Begitu juga sebaliknya. Bila sopir bus Asli Prima, Ujang MT, tidak membawa kendaraannya ugal-ugalan, mungkin cerita juga akan berbalik. Menurut keterangan warga sekitar lokasi, laju kendaraan yang dikendarai oleh sopir bus memang dalam keadaan ngebut. Padahal kalau sang sopir bus dapat menahan emosi dan tidak ngebut, sekali lagi cerita akan berbeda. Tidak kalah berbeda juga bila sopir angkutan umum dan masinis kereta api dapat menaati rambu lalu lintas masing-masing, kecelakan maut di Kediri saya yakin juga dapat dihindari. Upaya-upaya ihtiar itu yang tidak ada dalam dua peristiwa mengenaskan tersebut. Nah, itulah yang saya maksud bahwa maut sebenarnya dapat dihindari semaksimal mungkin dengan upaya keras. Namun demikian, tetap apa pun keputusannya tetap ada pada keputusan Allah SWT. Kita hanya berusaha, dan Allah jua yang menentukan. Itulah yang saya pahami sebagai ihtiar hidup yang selaras dengan kehendak Sang Pencipta. Tidak ada yang dapat dihindari bila Sang Pencipta sudah berkehendak. Serang, 24/2/2009. Pukul 10.00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar