Rabu, 13 Mei 2009

lagi-lagi kematian yang datang

Bus Peziarah Masuk Jurang

Hidup,
Lima orang meninggal dan puluhan luka ringan dan berat dalam peristiwa kevelakaan yang menimpa peziarah dari Paroki Bintaran.
Duka atas tragedi kecelakaan yang menimpa siswa SMK Yapenda di Situbondo yang merenggut 54 jiwa belum lagi berakhir. Hari Minggu tanggal 26 Oktober 2003, seluruh umat Paroki St. Yusup, Bintaran, Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang merasakan duka yang mendalam. Rombongan peziarah dari Paroki St. Yusup Bintaran mengalami kecelakaan di Ponorogo.
Kurang lebih pukul 16.30 WIB bus yang ditumpangi rombongan peziarah masuk jurang sekitar kurang lebih 4 kilometer dari tempat peziarahan Sendang Waluya Jatiningsih, Ponorogo. Tidak hanya umat Paroki Bintaran khususnya lingkungan Brayat Minulya mengalami duka yang mendalam tetapi juga seluruh umat KAS. Hal ini diungkapkan Romo Jarot, Pr, Kepala Paroki Bintaran dalam pembukaan Ekaristi pemberkatan jenazah hari Senin (27/10) di Gereja Bintaran.
Korban yang meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut 5 orang. Masing-masing, Yohanes Pulung Sujani (61 tahun), Maria Magdalena Sri Sugati (51), Catarina Heri Antini (51), Theresia Sumarsih Sukarman (58), dan Maria Yuliana Suhadiati (56 tahun). Korban luka-luka 21 orang termasuk sopir bus.
Jenazah korban meninggal dunia tiba di Yogyakarta (Rumah Sakit Panti Rapih) sekitar pukul 07.00, Senin (27/10), kemudian dirawat di rumah sakit tersebut. Sedangkan korban luka-luka dievakuasi dan dirawat di 3 rumah sakit: RSU Ponorogo, RS Aisyah Ponorogo dan RS Darmayu Ponorogo.
Kecelakaan ini terjadi diduga karena sopir kehilangan kendali atas kendaraan sebab medan yang dilalui cukup sulit dan penuh tikungan serta tanjakan yang curam.
Dalam kotbahnya, Pastor Yuventius Fusi N, selaku wakil dari Paroki Ponorogo mengucapkan belasungkawa sebesar-besarnya mewakili umat dan segenap pastor Paroki Ponorogo kepada umat Bintaran dan secara khusus kepada kekuarga korban. Tak lupa pula ia juga menghaturkan banyak terima kasih kepada rumah sakit yang membantu evakuasi korban kecelakaan, secara khusus pula kepada RS Aisyah yang telah merawat korban dengan amat baik. Warga setempat tanpa memikirkan soal agama bahu membahu memberi bantuan dalam evakuasi korban.
Pastor Yuventius menceritakan besarnya iman para korban yang tidak menjadi marah dan mengutuki Tuhan atas peristiwa tersebut. Para korban yang masih sadar dan mendapat luka yang tidak serius justru mengingatkan para imam untuk memberikan komuni dan perminyakan suci kepada korban yang menderita luka yang cukup serius. “Iman yang mendalam sangat jelas terungkap dalam peristiwa tersebut. Bagi kita teladan iman yang besar itu menjadi cermin yang nyata bagi kehidupan kita umat beriman, “ujarnya.
Ekaristi pemberkatan jenazah dipimpin Pastor Jaya Sewaya, Pr, Vikep DIY. Dalam konselebrasi tersebut ada 9 imam yang ikut dalam pemberkatan jenazah. Beberapa imam yang pernah bertugas di Paroki Bintaran hadir sebagai ungkapan belasungkawa yang mendalam. Pemberkatan ini juga dihadiri umat kurang lebih 2000 orang yang memadati seluruh areal gereja yang hanya dapat menampung 800 orang. Hal ini menampakkan duka yang mendalam yang dialami umat paroki ini.
Setelah ekaristi, pihak paroki menyerahkan janazah kepada pihak keluarga untuk disemayamkan di rumah duka dan selanjutnya akan dimakamkan di tempat peristirahatan terakhir sesuai kesepakatan pihak keluarga. 

Lima Orang Tewas, 18 Lainnya Luka-luka

Kompas,
Lima penumpang bus rombongan peziarah Paroki Bintaran, Yogyakarta, tewas dalam kecelakaan di Ponorogo, Jawa Timur, Minggu (26/10). Bus yang berisi 26 peziarah itu terbalik di Dusun Biting, Desa Suru, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo, sekitar pukul 15.30.
Dalam kecelakaan itu tiga penumpang tewas seketika, sedangkan dua orang lainnya meninggal di rumah sakit. Tiga penumpang yang tewas di lokasi adalah Ny. Imam Santoso (45), Ny. Sukarman (52), dan Ny. Ninik (45). Dua penumpang lainnya, Ny. Sri Suyantini (40) dan Pulung Sujani (60), meninggal setelah tiba di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ponorogo.
Menurut keterangan yang diperoleh Kompas, sebanyak 18 penumpang lainnya yang menderita luka-luka kini dirawat di tiga rumah sakit, yakni RSUD Ponorogo, RS Darmayu dan RS Aisyah. Sebagian besar penumpang mengalami luka-luka di bagian kepala, di samping beberapa di antaranya patah kaki dan tangan.
Kejadian tragis itu menimpa mikrobus AB 9892 AA asal Yogyakarta yang dikemudikan Buang Harun Sucipto (61). Mikrobus tersebut terguling ketika melewati jalan menurun saat menuju arah Yogyakarta, setelah rombongan berziarah di Sendang Klepu, Sooko.
Rombongan yang berasak dari wilayah Taman Siswa, Mergangsan Kdul dan Nyutran, Yogyakarta, itu menggunakan dua bus, masing-masing berisi 25 dan 26 penumpang. Mereka adalah warga Lingkungan Brayat Minulya, Paroki Bintaran, Yogyakarta.
“Memang benar ada kecelakaan di Sooko. Sejauh ini kemi masih menyelidiki sebab-sebab kecelakaan. Malam ini bangkai bus saya perintahkan diderek”, ujar Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resort (Polres) Ponorogo, Ajun Komisaris Dolifar Manurung, Minggu malam.

Kirim tim
Paroki santo Yusuf, Bintaran, Minggu malam langsung mengirim tim yang dipimpin romo parokinya, Jarot Kusno Priono, Pr, untuk menjemput umatnya yang mengalami musibah kecelakaan di Pulung, Biting, Kabupaten Ponorogo.
Itu dilakukan setelah mereka mendapatkan informasi bahwa salah satu di antara dua bus yang ditumpangi umat Gereja Katolik (Paroki) Bintaran, Lingkungan Brayat Minulyo, masuk jurang. Lima penumpangnya tewas dan 18 lainnya luka-luka.
Joko, petugas Paroki Bintaran, semalam menjelaskan kepada Kompas, jenazah lima korban itu diperkirakan baru tiba di Yogyakarta Senin pagi ini. “Romo paroki sudah berangkat untuk menjemput korban, “ ujarnya.
Akan tetapi, dia tak bisa memastikan siapa saja yang tewas di antara anggota rombongan yang berziarah ke Ponorogo itu.
Para korban sampai tadi malam masih berada di RSUD Ponorogo. Menurut rencana, setibanya dari Ponorogo, jenazah kelima korban hari Senin ini akan disemayamkan di Gereja Santo Yusuf, Bintaran, sebelum dimakamkan. 



Kapolwil: Bus Tak Layak Jalan 

Surya,
Penyebab kecelakaan bus di Ponorogo yang merenggut lima korban rombongan dari Gereja Katolik Bintaran (GKB) Yogyakarta mulai terkuak.
Tim gabungan Polwil Madiun dan Polres Ponorogo menyimpulkan bahwa kondisi minibus mili PO Semeru Yogyakarta itu tidak layak jalan. Hal itu diungkapkan Kapolwil Madiun Kombes Edy Kusuma W, Senin (27/10). Orang nomor satu di jajaran Polwil Madiun itu mengatakan minibus yang kecelakaan tidak sesuai dengan keterangan dalam STNK dan surat uji kir.
Pada STNK dan uji kir tercatat bahwa bus bermesin Mazda. Namun kenyataannya bus bermesin Hyundai dengan keterangan Colt Diesel.
“Ini berarti bus itu tidak layak jalan. Namun kenyataannya, bus itu digunakan membawa rombongan dari Yogyakarta ke Ponorogo, “ ungkap Edy Kusuma kepada wartawan, Senin (27/10).
Dengan temuan itu, lanjut Edy, kesalahan dapat ditimpakan kepada sopir (Buang Harun Sucipto) dan pemilik bus. Buang kini sedang dirawat di Rumah Sakit Darmayu Ponorogo, sedangkan pengusaha bus masih berada di Yogyakarta.
“Baik sopir, maupun pemilik bus akan kami periksa. Mengapa bus yang tidak layak jalan masih dipakai dan disewakan, “ papar Edy.
Selain bus tidak layak jalan, kata Edy, bus mengalami kecelakaan karena rem blong. Saat meniti jalan yang menurun dan menukik tajam di kawasan hutan KPH Pulung, Ponorogo, sopir berusaha menganti gigi tiga ke gigi satu, namun gagal.
Selain itu, seperempat jalan di tempat kejadian dalam keadaan longsor. “Sebenarnya jalan ini sering dilewati wisatawan yang hendak ke sumber suci Bunda Maria. Tetapi, mengapa adanya tanah longsor hanya ditandai dengan patok bambu”, tanya Edy.
Saat Surya berada di lokasi kecelakaan kemarin siang, bus bernopol AB 9892 AA yang masuk jurang berkedalaman sekitar 5 meter telah berhasil diderek. Menderek minibus warna hijau tua itu, tim Derlaka (Derek Kecelakaan Lalu Lintas) Polres Madiun menemui kesulitan. Setelah berjerih payah sejak pukul 08.00 WIB, mereka baru berhasil mengangkat bus pada pukul 10.00 WIB.
Ratusan warga di sekitar kejadian berbondong-bondong menyaksikan lokasi musibah, 25 kilometer dari pusat kota. Lima jenazah korban sudah dibawa ke Yogyakarta dengan menggunakan ambulance milik RS Panti Rapih Yogyakarta, Senin (27/10) pukul 04.00 WIB dari RSUD Ponorogo.
Kelima korban adalah Ny. Imam Santosa, 45, Ny. Ninik, 35, Pulung Sujani, 60, Ny. Sukarman, 50 dan Ny. Sukayantini (bukan Ny. Marwoto, seperti diberitakan kemarin).
Data di RSUD, RS Aisyah dan RS Darmayu menyebutkan, selain lima korban tewas, tujuh korban lainnya luka berat dan sisanya luka ringan. Yang luka ringan sudah diperbolehkan pulang ke Yogyakarta, sedangkan tujuh korban luka berat masih dirawat di RS Ponorogo. Korban luka berat dirawat di RSUD (1), RS Aisyah (1) dan RS Darmayu (5).
“Saya masih menunggui calon suami yang terpaksa menjalani operasi. Saya sebenarnya bukan anggota GKB. Saya diajak calon mertua untuk ziarah ke Bunda Maria, Ponorogo, “ tutur Lani, kepada Surya di RS Darmayu. Lani mengaku bersyukur karena terhindar dari maut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar